“Belajar dari Sapu Lidi” (Untuk Indonesia Damai) #PUISI
#Puisi ini gue persembahkan untuk negaraku tercinta Indonesia, semoga tetap rukun gak ada lagi pecah becah belah karena yang pecah itu gak bisa dipake apalagi kalau udah dibelah *eh
Belajar dari Sapu Lidi
Musim gugur mulai menyelimuti kota ini, dengan bantuan sang angin
Ia mampu memisahkan dedaunan yang menua dengan rantingnya
Warna coklat nan kuning berserakan disetiap sisi
Tak enak dipandang, semua orang menginjak-injaknya
Aku membersihkannya dengan sapu lidi
Kuamati benda ini, amatlah sederhana prinsip kerjanya
Hei Sapu Lidi..
Bolehkah aku mencontek prinsip kerjamu?
Tidak, bukan aku tetapi kita!
Penyusunmu hanyalah lidi dari banyak lidi
Ia mampu membersihkan sesuatu yang dianggap kotor
Sederhana bukan?
Tetapi ingat, jika lidi itu tidak dipersatukan maka kau tak dapat mencapai tujuanmu
Hei Sapu Lidi..
Bolehkah aku mencontek prinsip kerjamu?
Tidak, bukan aku tetapi kita!
Penyusunmu hanyalah lidi dari banyak lidi
Ia mampu membersihkan sesuatu yang dianggap kotor
Sederhana bukan?
Tetapi ingat, jika lidi itu tidak dipersatukan maka kau tak dapat mencapai tujuanmu
Akh, apa pula Aku mengatakannya semua orang jua tahu
Tahu bahwa bangsa kita, bangsa Indonesia
Dengan bersemboyan Bhinneka Tunggal Ika, memiliki satu tujuan
Tujuan yang sama, tujuan yang Indah
Saudaraku,
Walau warna kulit kita tak sama, bahasa kita banyak macam, agama kita berbeda
Alam semesta berkata kita semua menginjak tanah yang sama, tanah Indonesia
Mari satukan tangan kita, genggam erat bak rantai yang tak terputus
Bergerak! Atur barisan, kita bangun bersama negeri ini dengan ide-ide cemerlang
Bereskan segala permasalahan yang mencuak layaknya sapu lidi yang digunakan
Jika tak ada lagi kesenjangan,
Jika tak ada lagi kesenjangan,
Jangan pandang bulu karena kita semua sama
Jangan ragu karena kita berhak untuk damai
Kita bersama bukan sendiri tapi satu kesatuan
Lakukanlah, bahkan beban dibahu akan terasa lebih ringan
Lusa atau esok kita tak mungkin mengenal kata diskriminatif pada masyarakat
Atau perploncoan pada anak bangsa serta perpecahan
Disitu pulalah tujuan yang indah tergenggam,
Semua penghuni negeri tak mungkin tersenyum kecut
Melainkan senyum yang tertarik lebar dipipi
Kemudian sang fajar menyingsing dengan eloknya
Dilanjutkan rembulan menebarkan pesonanya
Itulah hari-hari di Negeriku.
Serang, 15 Januari 2017
Lusa atau esok kita tak mungkin mengenal kata diskriminatif pada masyarakat
Atau perploncoan pada anak bangsa serta perpecahan
Disitu pulalah tujuan yang indah tergenggam,
Semua penghuni negeri tak mungkin tersenyum kecut
Melainkan senyum yang tertarik lebar dipipi
Kemudian sang fajar menyingsing dengan eloknya
Dilanjutkan rembulan menebarkan pesonanya
Itulah hari-hari di Negeriku.
Serang, 15 Januari 2017
Komentar
Posting Komentar