Keresahan Pendidikan (Point 1 - Sistem & Kurikulum) #SPEAKUP

Keresahan Pendidikan (Point 1 - Sistem & Kurikulum) #SPEAKUP

Dibagian #SPEAKUP ini gue mau ceritain sedikit opini atau sudut pandang gue tentang permasalahan yang agak sensitif dan masih banyak orang-orang yang kurang aware dan speak up pada masalah ini, semoga lu bisa ambil baiknya dan kita bisa diskusi jadi enjoy aman~

Permasalahan pertama terletak di SISTEM DAN KURIKULUM, point-point yang bakal gue pretelin adalah:
ü Tujuan pendidikan indonesia masih terlalu luas, karakteristik belum kebentuk
ü kurikulumnya berlebihan dan belum tepat
ü Sistem absurd
ü Fasilitas belum rata

~~~
1. Tujuan
Sebelumnya pengertian pendidikan itu sendiri sebenernya apa sih? Coba kita tengok definisi idealisnya yaa (mungkin yang anak FKIP udah gak asing) sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 menyebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, sera keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” sedangkan tujuan pendidikan pada bab 2 pasal 3 yaitu “berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, berilmu, sehat, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Oke mungkin lumayan panjang jadi gue garis bawahi aja intinya, yaitu pengen para generasi bangsa ini cerdas sesuai potensi dirinya dan bisa bermanfaat bagi diri sendiri dan negara, gitu kan? Menurut gue sih segala  pasal-pasal, rancangan-rancangan nya indonesia udah bagus banget bahkan terlalu indah tapi terlalu luas juga sampe kayak gak tau gitu fokusnya dan karakteristik pendidikan indonesia itu mau kayak gimana dan yang menjadi tujuan terdepan atau target pendidikan indonesia sendiri itu apa (apa mau fokus pengembangan skills sejak dini, literasi tinggi atau anak-anak yang menghasilkan karya) kalau yaa mencerdasakan dan blablabla mah semua negara dan semua orang juga maunya gitu, nah permasalahannya lagi apakah rancangan tersebut juga benar-benar dijalankan dalam ‘sistem’ yang ada jika pengertian dan tujuannya adalah mengembangkan potensi peserta didik kok gak balance yaa sama kurikulum yang diterapkan. Oke kita bahas kurikulum yang menjadi akar dari segala akar yaa heummzzz.

2. Kurikulum
Sebelumnya apa sih kurikulum itu? Dan kenapa kita harus make kurikulum? UU No. 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 menyebutkan bahwa “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara-cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu” . jadi intinya acuan dan pedoman gitu, nah kurikulum yang diterapkan saat ini adalah kurikulum 2013 yang mana jargon k13 ini adalah lebih berorientasi ke siswa jadi si siswanya yang aktif dan guru hanya sebagai fasilitator saja, tapi yang gue rasakan dan lihat-lihat dilapangan kok masih konvensional, konservatif dan monoton aja, jadi tetep aja si gurunya yang aktif alias siswa yang disuapin, dan kenapa gue bilang kurikulumnya gak balance sama tujuan mulia diatas (mengembangkan potensi peserta didik) yaa karena kenyataannya di indonesia belum menerapkan sekolah yang menjadi tempat pengembangan potensi peserta didik dimana fokus pada minat bakat sejak dini (ini yang bikin gue geram).
Kenapa harus fokus minat bakat sejak kecil? Yaiyalah jelas orang Albert Einsten aja udah bilang “jika anda menilai ikan dari cara dia memanjat pohon, maka dia akan kelihatan bodoh seumur hidup karena ikan gak bakal bisa manjat dan monyet gak bakal bisa berenang’’ artinya setiap manusia dilahirkan beda-beda tidak ada yang sama otomatis mereka memiliki kemampuan masing-masing. Kemudian ada kutipan dari Ki Hajar Dewantara “anak-anak tumbuh sesuai kodratnya sendiri, pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu” artinya setiap orang memiliki potensi masing-masing, kalau ada yang bilang “aku mah apa atuh gak punya potensi apa-apa” gak mungkin! Orang itu hanya belum menemukan apa yang mereka sukai dan keahlian yang dimiliki artinya belum cukup bereksplor dan mengembangkan. Jadi setiap orang itu sudah ada minat, bakat dan passionnya masing-masing, nah tugas kita adalah bagaimana menciptakan, menemukan dan mengembangkan hal tersebut sehingga kita menjadi orang yang berkompeten.
Kenyataanya dilapangan, malah kita disuruh memakan mata pelajaran yang begitu banyak sehingga tidak fokus dan pada akhirnya tidak berguna buat kehidupan dan masa depan itulah kenapa gue bilang ‘kurikulumnya berlebihan’, banyaknya mata-pelajaran dengan bobot yang sama dan penekanan sama pada semua siswa membuat tidak seimbang, misal gue suka dan ada minat dengan politik berarti gue lebih ngedalemin mata pelajaran yang mendukung seperti pkn, sejarah dan sosiologi dong (dan ketika gue dikasih tugas sama mapel-mapel tersebut juga iso-iso nyaman aja) tapi terkadang mata pelajaran umum juga menekan seperti pelajaran  lain misal mapel matematika tugasnya banyak banget dan susah padahalkan yaa matematika bagi gue balajar dasarnya aja gak harus yang ribet-ribet seperti x, y, z dan sin, cos, tan yang berbelit-belit yang tiba-tiba menyerang kepala gue atau misal nih gue suka gambar-gambar ruangan terus gue ada keinginan bisa ahli desain bangun ruang yang bikin-bikin rancangan nah profesi yang cocok bagi gue adalah arsitek, dasarnya yang dibutuhkan untuk belajar arsitek adalah mapel-mapel seperti matematika dan fisika, tapi kenapa gue juga belajar kimia dan biologi? terus pas test masuk kuliah gue juga disuguhkan soal-soal kimia dan biologi yang pertanyaannya cukup dalem dan susah yaa menurut gue sih gak nyambung, artinya permasalahan ini juga uda merembet banget ke kemenristek (pada akhirnya kemenristek juga buat persyaratan yang masih belum tepat).
Ada statement “kan kita belajar semua mata pelajarannya itu hanya dasar-dasarnya aja” iya emang dasar-dasarnya, tapi kita pernah gak sih berfikir kalau anak itu gak suka gimana? Toh kalau emang dasar-dasarnya kok semua mata pelajaran bobot penekannya sama buat semua siswa? Contohnya siswa X tidak suka dengan mata pelajaran geografi dia menyukai sejarah, tapi terkadang mata pelajaran geografi ini memberikan PR dan tugas yang begitu banyak, dan yang dikatakan ilmu-ilmu dasar itu sebenernya apa sih? Kok banyak banget yaa rasanya.. Menurut gue sains umum, matematika basic, literasi dan etika aja itu udah cukup selain dari itu baru mata pelajaran minat-bakat sesuai permintaan siswa. Pada kenyataannya juga gue rasa ilmu-ilmu yang segitu banyaknya disekolah gak kepake buat kehidupan karena gak paham dan banyak yang udah lupa (jadi kebuang sia-sia).
Kalau kita intip kurikulum luar negeri itu beda sama kurikulum nasional, kalau luar negeri itu simplenya gini: sekolah menjadi si pedagang dan murid menjadi si penjual dimana si penjual bebas milih mata pelajaran apa yang mau diambil (dengan jumlah tertentu) jadi yaa sesuai selera (minat, bakat, passion) aja maka sang anak tinggal menggali dan mengasah kemampuannya dengan begitu kemungkinan mereka stress atau mengeluhnya tidak besar dan yang paling penting adalah lebih efektif dan efesien, kenapa gue bilang efektif dan efesien? karena dengan begitu lu lebih cepet mendalami apa yang disuka maka waktu, tenaga, biaya dan pikiran tidak terbuang sia-sia (bisa dipangkas) secara tidak langsung dapat menghemat segala pengeluaran  (waktu, tenaga, biaya dan pikiran).
Makanya jangan salah kenapa anak-anak di indonesia banyak yang ngeluh sama sekolah mulai dari males berangkat sekolah, ngeluh PR, dan masih banyak dampak negatif lainnya yang bakal gue bahas dibagian impact. Selain itu kurikulum harus dibuat dengan menyesuaikan perubahan zaman tapi malah kebalikan menurut gue liat aja anak-anak kadang kaget menyikapi revolusi industri 4.0 yang pada akhirnya masih banyak yang belum bisa menyikapi dunia medsos secara baik (kemakan hoax, suka nyinyir, dsb), belum siap kerja, gagap teknologi, dll. Nah dibagian kurikulum ini opini gue adalah rombak abis kurikulum dan buat kurikulum yang tepat dan bisa follow sama kehidupan dizaman milenial dan revolusi industri 4.0 serta society 5.0 karena kurikulumnya masih konservatif, monoton dan gak nyambung buat kehidupan.

3. Sistem
Mengenai sistem sebenernya gue gak ngerti lagi sih agak geram juga, sistem pendidikan kita tuh kompleks karena sistem itu yang mengcover semuanya mulai dari kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan (kepsek, guru,TU, dll), administrasi, persyaratan, aktivitas KBM, fasilitas dan segela tetek bengek yang ada.
Mungkin yang mau gue bahas dulu di sistem adalah masalah ribetnya administrasi seperti urusan birokrasi, sertifikasi dan pembuatan RPP yang sungguh sangat amat ribet dan gue gak suka! Tapi kenapa udah jadi budaya di indonesia kalau urusan kek gini tuh dibikin ribet dan dipersulit jadi guru tuh kehabisan tenaga karena terlalu mengurusi hal kek gini dan gak fokus pada siswa dan proses KBM (yaaa mungkin realistis sih ujung-ujungnya masalah gaji juga kan nanti gak bisa makan), jadi impactnya adalah pada kinerja guru pada saat dikelas.
Kemudian masalah jam pelajaran, sumpeh gue gak ngerti lagi sama sistem full day itu biar dikata apa sih? Gue jadi liat adek gue sendiri kalau pulang sekolah itu pulangnya sore dan kecapean banget sampe terkadang ngos-ngosan gitu kek abis kerja rodi tau gak?! Padahal literally untuk menumbuhkan kreativitas itu anak-anak jangan terlalu diporsil dan ditekan tapi diberi kebebasan untuk mengeksplor sendiri dan berkhayal, yaa wajar aja anak-anak banyak yang gak kreatif (realistis aja liat lapangan).
Dan masalah PR nih yang hmm mungkin bisa dibilang hidangan yang paling dibenci oleh murid, sebenernya kita juga harus tau PR tuh buat apa dan kenapa murid males dikasih PR? Pertama, PR itukan tugas buat di rumah dikarenakan pada saat dikerjakan dikelas tidak cukup waktunya, ada statement dari om Deddy Corbuzier katanya “guru yang ngasih PR itu karena gak yakin kalau muridnya udah ngerti” kalau murid ditanya 5x6 dijawab 30 berarti murid uda bisa dan paham yaudah kita gak usah kasih PR kan, tapi gue juga setuju kalau ada statement “dikasih PR yaa biar siswanya lebih mengasah lagi kemampuannya di rumah” iya bener juga tapi apa yakin anak-anak udah paham pas dikelas terus ketika dirumah tinggal mengasah? Kemudia jika belum, berarti itu sebuah pelepasan tanggung jawab (tindakan lari atau cuci tangan) ibaratnya lu kasih sesuatu permainan ke orang dan nyuruh orang itu buat bisa maen eh ternyata orang itu gak ngerti cara mainnya terus lu tinggal pergi begitu aja, jahat! Gue setuju jika si anaknya udah paham cara maennya nah baru dirumah tinggal mengasah itupun dengan jumlah PR yang sesuai yaa gais jangan seabrek-abrek. Gue sedih kalau ada guru yang ngasih PR sampe over dosis, dikira di rumah dan hidup di dunia anaknya cuma buat ngerjain PR apa?! menurut gue PR dengan tiga nomor itu udah cukup yang penting setiap pointnya berbobot dan dapat mengevaluasi kinerja anak, gak usah 1 halaman LKS dan berpuluh-puluh soal HAH!

4. Fasilitas
Nah kalau soal fasilitas, alat-alat, gedung, dan segala macam jenisnya ini masih banyak masalah yang harus diselesaikan banget, karena kita juga semua tahu bahwa pendidikan di indonesia belum merata termasuk masalah fasilitas, kalau ngomongin soal ini juga hubungannya gak jauh sama anggaran dana dan kebijakan pendistribusi. Gue juga kurang mendalami soal ini yang gue liat banyak sekolah bagus gedungnya, akreditasi udah A, tapi fasilitas yang mendukung pembelajaran seperti lab komputer, lab sains, LCD, proyektor masih belum diterapkan padahal itu penting juga daripada bermewah-mewah gedung yang bertingkat. Pokoknya dalam hal ini jangan sampe ada tipu-tipu seperti SUAP, KORUP dan pengeloaan anggaran yang tidak transparan dan gak jelas karena dampaknya bisa lari ke sarana prasaran di sekolah. Gue berharap masih ada orang-orang jujur, amanah dan waras di indonesia.
Mengenai fasilitas ini sebenernya gak seberapa sih, yang lebih penting adalah pola pikir siswa, mau sekolah ditempat terbatas dengan bangku dan papan tulis aja kalau motivasinya tinggi dan cara ngajarnya becus yaa enjoy aja. Bahkan kalau siswa logikanya jalan. Insyaallah dia bisa kreatif dan menciptakan alternatif-alternatif yang mendukung fasilitas belajar, jadi yang penting adalah sistemnya.
----

Oke segitu aja mengenai sistem dan kurikulum semoga lu dapetin point of viewnya dan kalau punya opini lain utarain aja, kita bahas masalah lain jadi next blog! Tetep enjoy dan aman~


Komentar