Keresahan Pendidikan (Point 2 - Guru dan KBM) #SPEAKUP

Keresahan Pendidikan (Point 2 - Guru dan KBM) #SPEAKUP

Dibagian #SPEAKUP ini gue mau ceritain sedikit opini atau sudut pandang gue tentang permasalahan yang agak sensitif dan masih banyak orang-orang yang kurang aware dan speak up pada masalah ini, semoga lu bisa ambil baiknya dan kita bisa diskusi jadi enjoy aman~

Permasalahan kedua terletak di GURU DAN KBM (Kegiatan Belajar Mengajar), point-point yang bakal gue pretelin adalah:
ü Kualitas Guru Masih Rendah (banyak penyebabnya)
ü KBMnya monoton

~~~
“ah guru ini mah gimana sih ngajarnya gak becus jadi gue gak ngerti apa-apa, ibu ini marah-marah mulu ngajarnya mana baperan lagi, bapak ini kalau ngomong suka gak jelas, gue gak mau masuk kelas kalau yang ngajar masih guru ini, eh yang ini lembek, yang ini killer, dan blablabla” Banyak banget yang bilang kalau permasalahan pendidikan indonesia itu terletak ditenaga pengajar atau si GURU walaupun emang gak 100% karena guru. Oke kita bahas yaa kenapa guru bisa disalah-salahin.
1. Guru Belum Berkualitas
Ada banyak sebab kenapa guru bisa sampe gak berkualitas atau gak kompeten, diantaranya:
- Jadi Guru Bukan Panggilan Hati
- Persepktif Yang Keliru
- Pengalaman, Keilmuan dan Motivasi Kurang
- Kinerja Rendah Karena Gajinya Kecil
Oke sekarang jadi kita bahas satu-satu yaa gais biar ketauan salahnya dimana:

a) Jadi Guru Bukan Panggilan hati
 Sebelumnya kita harus tanya dulu “apakah mereka jadi guru karena terpaksa atau benar-benar panggilan dari hati?” jika terpaksa, itu biasanya karena kondisi, kita lihat model-model sebab kondisinya:
Ø “Yaa gimana yaa aku sebenernya gak mau masuk fakultas atau jurusan pendidikan, tapi karena passing grade TO ku rendah yaudah aku pilih jurusan pendidikan aja yang penting masih kuliah di universitas negeri hehe”
Ø “Aku bukan orang kaya mau masuk jurusan keren seperti Kedokteran, Hukum, Teknik dan Kesehatan gak ada duit, jadi yaudah masuk keguruan aja yang biayanya murah, yang penting kuliah :(“
Ø “Karena orang tua ku yang mau jadi guru dan PNS yaudah aku manut aja, kan yang biayain orang tua, lagian kita dosa kalau gak nurut sama orang tua!”
Ø “Aku gak tau mau jadi apa, aku belum kepikiran sebenernya masuk masuk jurusan apa tapi katanya jadi guru enak dan kuota fakultas pendidikan besar yaudah masuk situ aja lagian banyak juga teman-teman yang masuk jurusan pendidikan”

Jadi gitu gais banyak banget kalau dilihat, sebenernya mereka salah kamar entah karena orang tua, duit, sekedar ikut-ikutan temen atau karena kemampuan diri sendiri kurang. Kemudian mereka tetap memilih untuk terus melanjutkan jadi guru yang pada akhirnya ketika mengajar (kerja) sebenernya pekerjaan yang mereka lakukan itu bukan bener-bener panggilan hati artinya mereka belum bisa jadi diri sendiri, belum berdamai dengan diri sendiri dan terlihat sih jika pekerjaan itu bukan passion kita maka kinerjapun rendah atau menurun, mereka bakal ogah-ogahan ngajarnya dan banyak juga yang kerja karena “yaudah yang penting kerja dapet gaji, keluar rumah dan pake seragam” dan “yang penting ijazah gue kepake” itu sih yang lebih parah.
Sebelum lo memutuskan jadi guru atau kalian yang mau masuk jurusan pendidikan coba simak kata-kata dari YOUTHMANUAL: (merinding gue dengernya)
“On a very serious note, kalau jadi guru bukan benar-benar panggilan hati kamu, atau pilih jurusan pendidikan karena cadangan aja karena ngga keterima jurusan lain, atau asal pilih aja karena gak tau lagi mau ngapain dalam hidup, pikir-pikir lagi deh beban moralnya berat.
Ada mimpi orang lain yang dipercayakan ke guru, ada harapan orang lain yang dipercayakan ke guru, ada masa depan orang lain yang dipercayakan ke guru. Jadi guru berarti harus siap jadi murid juga,
enggak cuma mengajar tapi juga belajar.”
~~~
Lalu bagaimana bagi mereka-mereka yang emang panggilan hati dan suka dunia pendidikan?
Ada juga beberapa dari mereka karena masuk jurusan pendidikan akhirnya mereka jadi suka pendidikan, suka dunia ngajar, suka murid, dsb dan mereka-mereka yang masuk jurusan pendidikan karena panggilan hati gue respeck dan salut, tapi masalahnya lagi-lagi apakah kualitas mengajarnya sudah bagus? Apakah treatment yang mereka lakukan itu tepat? Mulai dari konsep yang diajarkan, tugas yang diberikan dan perlukan-perlakuan lain seperti sikapnya karena masih ada beberapa guru yang bikin ilfeel, seperti baperan (masalah privacy atau rumah tangga dibawa-bawa ke sekolah), marahan, killer, dsb.
Masalah sikap guru seperti baper, killer, marahan, dsb harusnya dihilangakan aja, belajar dewasa lagi dan bisa kuatin mental karena yang dihadepin makhluk hidup atau ‘murid’, manusia punya otak, psikis dan rekaman kalau guru marah-marah terus murid juga gak seneng dan ngerasa tertekan, ketika tertekan maka ilmu yang diajarkan pun boro-boro si murid paham masuk ke otak aja engga yailah karena ketika ditekan dia merasa takut dan mengakibatkan otaknya gak bisa mencerna ilmu (baca aja psikologi tentang hubungan kinerja otak dengan kondisi, banyak yang ngebahas juga). Jadi udah yaa pak buk jangan killer-killer udah gak zaman lagi dah, menurut gue dewasa aja sih kapan mesti tegas, bijak, serius, humbel, dan humor. Kudunya  belajar itu dibuat menyenangkan, seru, kasih pertanyaan-pertanyaan yang bikin siswa mikir sendiri, yang diharapkan adalah si siswa biar bisa relax, ketika kondisinya relax dan gak ada tekanan akhirnya murid jadi nyaman kemudian bisa lebih berani nanya dan secara gak langsung membuat rasa ingin tahu tinggi dan ngebentuk pola pikir yang kritis, pasti belajarnya juga lebih fun, enjoy dan aman sehingga murid dan guru saling menguntungkan alias sama-sama seneng dan gak ada paksaan.

b) Pengalaman, Keilmuan dan Motivasi Kurang
Masih ngomongin soal kualitas guru, ada banyak banget yang melatarbelakangi seperti yang gue bilang salah satunya adalah pengalaman, background, keilmuan dan motivasi internal guru itu sendiri. Pada point ini bener-bener kompleks gais tapi coba kita dongkrak hal-hal apa aja sih:
Ø Belum paham bener tentang hakikat pendidikan
Banyak sih yang semanget jadi guru, tapi ada juga beberapa kalau ditanya tentang hakikat pendidikan dan mengajar mereka masih belum ngerti maka akan melahirkan pada treatment-treatment salah yang diberikan guru kepada siswa, salah satunya adalah perspektif yang keliru yang bakal gue bahas dipoint c.
Ø Bukan dari background pendidikan
Kadang masih ada beberapa orang yang emang kuliahnya bukan fakultas pendidikan tapi jadi guru atau dosen pendidikan, sebenernya iso-iso aja kalau dia emang paham tentang keilmuan dunia pendidikan dan mau belajar lagi seperti cara mengajar yang baik dan tepat, model-model pembalajaran, psikolog peserta didik, dll tapi kalau enggak? Gawat gais! Yang ada malah terjadi ‘transfer knowledge’ alias guru hanya memberikan ilmu pengetahuan yang ia miliki dengan cara memindahkannya tanpa mendidik siswa itu sendiri artinya kemungkinan tidak memikirkan bagaimana respon siswa, bagaimana siswa bisa kritis, bagaimana siswa bisa paham lalu menerapkan ilmunya dalam kehidupan. Pokoknya gue miris kalau hal ini terjadi bikin sampah dikepala tau ilmunya.
Ø Guru Statis
Kenapa gue bilang statis? Karena masih banyak banget guru yang gak mau perubahan padahal makin hari zaman terus berubah, makin hari semua makin canggih maka dari itu diri ini selalu dituntut untuk belajar sampe hayat dan siap selalu menerima perubahan dengan cara selalu upgrade diri, jangan malu belajar kepada semuanya baik orang yang muda maupun tua.
Ø Ilmunya Cetek


c) Perspektif Yang Keliru
Guru sering memperlakukan murid sebagai robot bukan individu-individu yang beragam, kalau guru itu tau sistem dan kurikulum pendidikan seperti ini (bobrok) seharusnya mereka jangan menyamaratakan atau menstandarisasi semua kemampuan siswa sama. Contoh ada guru fisika kemudian dia memberikan tugas yang lumayan banyak dan lumayan susah, terus dia membandingkan antara siswa yang suka dan pintar fisika dengan yang gak jago fisika. Akhirnya yang gak jago fisika ngerasa minder dan motivasi belajarnya rendah (padahal siswa itu belum aware kalau sebenernya dia juga punya kemampuan lain). So buat para guru, udah gak zaman lagi yaa membandingkan siswa karena kita juga gak tahu apa minat dan bakat dia sebenernya, yang harus kita lakukan adalah menumbuhkan potensinya dan menggali rasa ingin tahu saja. Coba deh pikir kalau misalkan sapa tau si murid emang belum mengerti fisika makanya gak jago dan sapa tau dia jago fisika tapi minat dan bakatnya belum tumbuh karena murid belum paham apa pentingnya fisika, apa esensinya belajar fisika. Jadi tugas guru adalah bagaimana membuat mata pelajaran itu bisa diminati oleh siswa, membangkitkan rasa ingin tahu, atau minimal memberikan pemahaman akan konsep-konsep fisika yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari agar mata pelajaran fisika bisa bermanfaat buat kehidupan, karena kalau dipikir-pikir fisika itu deket banget sama kehidupan sehari-hari tapi emang kitanya gak ngerti jadi ngerasa belajar fisika itu kayak orang kurang kerjaan :(

Komentar