Belajar Kimia, Dapet Apa?
Belajar Kimia, Dapet Apa?
Gue terkadang kesel sih kalau ada orang yang nanya: “coba jelasin dan ajarin lagi ilmu-ilmu lu tentang kimia kepada kita yang belum ngerti” atau “tolong jelasin peristiwa atau problem ini dari sudut pandang kimia lu” atau “apa yang bisa lu jelasin akan sesuatu dengan konsep kimia yang lu dapet selama perkuliahan” pasti gue gak bisa jawab semua dengan perfect karena asli gue udah lupa sebagian besar konsep beserta teorinya.
Jangankan udah lulus, pas semester 7 aja itu udah ngeblank sama mata kuliah-mata kuliah sebelumnya, lebih pedesnya pas kelar UTS/ UAS juga udah luber tuh konsep-konsep, udah pada ilang kemana-mana minta keluar dari kepala. Yaa salahnya kita juga sih lagi-lagi sebagai warga +62 belajar itu cuma buat ulangan atau ujian. Haha
Oke tapi gak seburuk itu kok, menurut gue pribadi belajar itu bukan buat ngapalin teori, konsep, rumus atau segala informasi tapi gimana caranya ilmu yang kita pelajarin itu bisa bikin framework diotak kita atau gampangnya ngebentuk paradigma atau sudut pandang yang baru.
“Maksudnya gimana tuh?”
Jadi... ilmu-ilmu dan konsep-konsep yang lu kaji dan pelajari gak seharusnya lu mesti hapal dan ngerti semua tapi yang paling penting adalah ilmu dan konsep tersebut bisa menambah atau merubah cara berfikir lu terhadap sesuatu, misalnya yang tadinya lu gak tau jadi tau dan yang tadinya lu salah atau keliru jadi bener serta memperluas berbagai sudut pandang dari setiap sisi.
Nah karena konteks yang gue bahas adalah ‘kimia’ yang literally ilmu alam, science dan bersifat ilmiah sekali maka framework thinking yang harus dibuat adalah gimana caranya kita bisa memandang segala sesuatu dengan ilmiah atau scientific approach.
Ada beberapa framework thinking yang gue dapet setelah belajar kimia selama perkuliahan yaitu:
1. Teliti dan Kritis
Belajar kimia mengajarkan kita untuk lebih teliti terhadap sesuatu termasuk hal-hal yang bersifat kuantitatif. Contoh: orang kimia jika ngedenger statement “jangan mengkonsumsi ganja nanti bahaya” atau “jangan mengkonsumsi micin nanti jadi goblog” atau “jangan makan gula nanti diabetes” menurut gue statement-statement tersebut gak sepenuhnya bener dan gak sepenuhnya salah.
Kita bisa menyimpulkan bahwa ganja itu berbahaya bisa memabukkan atau mengganggu kesehatan tapi sebagai orang kimia harusnya kita mengkritisi hal tersebut dengan lebih lanjut melontarkan pertanyaan “dalam kadar berapa ganja itu bisa memabukkan serta mengganggu kesehatan” atau “seberapa banyak gula yang kita konsumsi sehingga bisa menimbulkan gejala diabetes”.
Artinya kita harus punya standar minimal untuk mengukur keterjadian suatu hal, ada indikator-indikator yang harus dipenuhi untuk menentukan atau menyimpulkan sesuatu. Jadi harusnya semua orang seperti ini harus lebih teliti dan kritis terhadap suatu hal. Oke?!
2. Ilmiah
Nah ini nih yang paling penting, critical thinking and scientific approach yang semua orang harus bin kudu wajib punya! Kenapa? Biar gak dibilang dungu dan aneh sama orang-orang.
Contoh: ada orang yang benjol dibagian leher terus ada yang bilang itu bekas ditabok setan atau dipelet orang, sebagai seorang yang berfikir ilmiah or at least sebagai orang yang pernah mengenyam mata pelajaran IPA seharusnya kita gak melontarkan jawaban yang sama, kita lihat dulu dalam sisi ilmiah.
Pertanyaan yang seharusnya dilontarkan adalah “Apakah benjolan tersebut merupakan suatu penyakit dan Apa yang menyebabkannya? Gimana pandangan medis terhadap gejala tersebut?” Jadi gak ujug-ujug nyangkut pauitin ke hal gaib yang gak mendasar dan gak ilmiah, semua ada ilmu dan kajiannya yang pasti kata Rocky Gerung “gunakan akal sehat anda”.
Anak kimia selalu belajar tentang suatu reaksi “zat yang dihasilkan merupakan hasil dari suatu reaksi”, maka ia selalu melihat sesuatu itu sebagai sebab-akibat, ketika terjadi akibat pasti ada sebab.
3. Mempelajari Paradigma Para Ilmuwan
Pada point ini mungkin gak semua anak kimia mempelajari dan mengkaji mengenai paradigma atau cara berfikir para ilmuwan sains serta mempertanyakan “kenapa ilmu kimia bisa ada” atau “gimana ilmu kimia ini bisa berkembang hingga saat ini” atau “apa yang dilakukan para ilmuwan sehingga namanya sering tercantum dibuku-buku besar atau buku-buku paket sekolah”
Jika kalian sedikit menelisik sejarah ilmu kimia serta perkembangannya dari tahun ke tahun kalian akan takjub betapa tangguhnya mereka dalam mempelajari, merenungkan, mencoba, menemukan, serta sudah seberapa banyak eksperiment gagal yang pernah dilakukan. Yang salut adalah tentang bagaimana mereka memiliki curiosity yang tinggi terhadap suatu hal yang sepatutnya dicontoh oleh kaum pelajar.
Konsep-konsep kimia yang kita terapkan dalam berbagai aspek kehidupan mulai hal yang sederhana seperti memasak, mencuci kotoran hingga hal yang kompleks seperti teknologi industri sintesis serta obat-obatan yang kita konsumsi itu semua buah hasil pemikiran-pemikiran ilmuwan terdahulu.
Untuk itu, mempelajari paradigma serta sejarahnya bisa memberikan inspirasi tersendiri dan memperkaya khazanah akan keistimewaan biografi para tokoh dan ilmuwan terhebat sebagai para filsuf yang pernah berkontribusi melahirkan berbagai disiplin ilmu yang kita pelajari hingga saat ini. Terimakasih Para Ilmuwan dan Ahli Terdahulu terlebih Lavoisier, Mendeleev, dll.
~~~
Cara berfikir seperti itulah yang nyangkut diotak gue dari belajar kimia, emang sih gak banyak tapi efeknya itu membekas dalam kehidupan sehari-hari, diblog ini bener-bener murni sudut pandang dan pengalaman gue pribadi jadi setiap orang gak sama mungkin temen-temen yang lain ilmunya lebih banyak daripada ini, enjoy aja.
Jadi kalau ada yang nanya lagi ke gue tentang “nama dari zat ini apa” atau “struktur reaksinya apa” atau “coba kalau X direaksikan dengan Y jadinya apa yaa” bakalan gue jawab udah ada perpustakaan terbesar yaitu internet jadi silakan searching sono! (gak tau apa kalau nilai kimia organik, anorganik dan kimia fisik gue rata-rata C semua) haha.
Yang pasti kalau lu mau cari tau zat dari hasil reaksi terlebih dulu lu cari tau si X senyawa apa dan si Y senyawa apa, gue setuju si sama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia ‘Nadiem Makarim’ bahwa sekolah dan belajar itu bukan tentang seberapa banyak informasi yang kamu peroleh tapi menurut gue gimana kita memperkuat hardware atau gelas alias otak kita.
Setuju mbak, sekolah dan belajar itu bukan tentang seberapa banyak informasi yang kamu peroleh tapi menurut gue gimana kita memperkuat hardware atau gelas alias otak kita.
BalasHapusbetul sekali mas, karena kalau kita mengetahui semua materi ya gak mungkin juga otak kita bisa menampung itu semua. tp memang bagaimana memperkuat hardware jadi apapun informasi yang masuk bisa diolah dengan benar baik. terima kasih telah berkunjung di blog saya 😊
Hapus